Sabtu, 13 Mei 2023

MENYETEL KATUP JENIS VALVE TAPPET

by.@chsan M

Halow sobat n kerabat semua, tetap semangat mencari ilmu biar hidup kita menjadi lebih bermutu...

Topik bahasan kali ini akan mengupas salah satu mekanisme katup yang digunakan pada sepeda motor tipe valve tappet. Apa itu mekanisme valve tappet, bagimana konstruksi dan komponennya dan bagaimana prosedur penyetelannya akan dikupas secara tuntas dan lugas. Soo simak ulasannya berikut :

Apa itu mekansme Valve tappet. ?

Salah satu mekanisme yang banyak diterapkan pada mekasnime katup DOHC (double overhead camshaft) dimana dalam kepala silinder terdapat dua poros nok (camshaft) untuk membuka dan menutup katup IN dan katup EX. Untuk meningkatkan performa mesin ataupun efisiensi pemasukan udara dan bahan bakar serta pembuangan sisa gas hasil pembakaran, maka tipe engine DOHC sering menggunakan 4 buah katup (2 katup IN dan 2 katup EX).  

Untuk mengurangi lost energi saat proses siklus kerja engine, maka dilakukan pengurangan satu komponen yang terdapat pada mekanisme katup seperti yang terdapat pada mekanisme katup SOHC yaitu dengan mengurangi batang penumbuk katup (rocker arm). dengan demikian mekanisme valve tappet merupakan sebuah mekanisme katup dimana poros nok (camshaft) berhubungan langsung dengan batang katup melalui lifter/tappet. adapun konstruksi mekanisme valve tappet seperti terlihat pada gambar dibawah :

  

Konstruksi mekanisme valve tappet

Komponen mekanisme valve tappet

Komponen mekanisme katup tappet (DOHC) berbeda dengan mekanisme yang terdapat pada tipe SOHC, adapun perbedaan komponen dari kedua mekanisme tersebut seperti ditunjukkan pada gambar.

 

Komponen Valve Tappet

Dipelihatkan pada gambar diatas perbedaan mekanisme OHC (SOHC) dengan valve tappet (DOHC). Penggunaan rocker arm pada meknisme SOHC digantikan dengan valve lifter (tappet), dimana fungsi dan kegunaan rocker arm pada jenis SOHC memungkinkan penyetelan celah katup secara manual dengan ditempatkannya adjusting screw pada ujung rocker arm. Bagaimana dengan penyetelan atau pemeriksaan celah katup pada tipe valve tappet?. Untuk melakukan pemeriksaan dan penyetelan celah katup pada tipe valve tappet digantikan dengan komponen valve adjusting shim, dimana komponen (shim) tersebut diletakkan didalam valve tappet/lifter yang berbentuk seperti ember (bucket) yang membatasi cam lobe dengan batang katup.
Valve adjusting shim (shim) berupa ring padat yang mempunyai nomor kode (tertulis pada permukaan shim) guna menandai ukuran shim. Dengan demikian untuk melakukan penyetelan valve tappet ini adalah dengan penggantian shim sesuai ukuran yang sudah ditentukan.

Menentukan Ukuran Shim

Untuk menentukan ukuran shim dalam rangka penggantian shim baru (A) ketika ditemukan kekocakan atau kerenggangan celah katup yang melebihi batas limit maka didasarkan oleh rumus :

 
Menghitung Shim baru (A)

Makna kode/nomor Shim

Bagimana membaca kode/nomor yang terdapat pada shim. Nomor/kode angka yang terdpat pada setiap shim merupakan kode yang sudah ditentukan oleh produsen kendaraan, besar kecilnya angka tersebut sudah diatur dan disesuaikan dengan daftar shim yang dibuat dan disediakan pabrikan guna penggantian shim. Arti kode nomor tersebut adalah :

 
 
Daftar Kode/Nomor Shim

Contoh : 
Shim dengan kode angka 130 menunjukkan Nomor shim 130 dengan ketebalan shim 1,300 mm.
Bagimana memperoleh hasil ketebaln shim sebesar 1,300 mm.? 
Ketebalan shim 1,300 mm diperoleh dari rumus A=(B - C) + D

daftar tabel nomor shim diatas ternyata sudah merupakan angka baku yang tersedia dipasaran tidak bisa kurang atau lebih, sehingga apabila dalam kasus tertentu pada perhitungan shim baru ternyata hasilnya tidak terdapat pada tabel diatas maka solusinya dipilih nomor shim yang mendekati dari hasil pehitungan shim.
Sebagai contoh dalam perhitunan A=(B - C) + D diperoleh hasil sebesar 1,730 mm

 

Nilai 1,730 berada diantara daftar nomor 172 (1,725 mm) dan nomor 175 (1,750 mm), sehingga nilai 1,730 mendekati nilai 1,725 mm dan nomor shim baru yang dipilih yaitu nomor 172.



  • Lepas Cover silinder Head
  • Posisikan piston berada pada TMA (titik mati atas)
  • Pastikan camshaft pada saat langkah kompresi (kedua katup bebas) tidak tertekan
  • Kendorkan baut penahan camshaft kemudian kencangkan baut dengan moment 12 Nm
  • Periksa jarak renggang valve dengan memasukkan filler gauge diantara cam lobe dan valve lifter
  • Apabila jarak renggang katup masih dalam batas limit (IN = 0,16 mm ± 0,03 mm dan EX = 0,25 ± 0,03 mm), maka shim tidak perlu diganti.
  • Lepaskan semua camshaft beserta valve lifter dan shim. Ukur dan catat ketebalan shim
  • Hitung tebal shim baru (A) dengan menghitung sesuai persamaan A-(B - C) + D
  • Pasang shim baru dan semua komponen yang terlepas dengan memberikan oli pada semua bidang luncur.

Begitu gaess.. semoga ulasan yang singkat ini menambah wacana pengetahuan dalam perotomotifan kita..

Sabtu, 06 Mei 2023

Sensor Kontrol Elektronik Injeksi

by @chsan M

Hailooow sobat n kerabat semua semoga  masih tetap semangat terus berkarya buat kemajuan umat...

lanjuuttt pembahasan seputar topik sistem kontrol eleltronik injeksi, yang pada topik sebelumnya sudah dikupas mengenai salah satu komponen bagian dari sistem kontrol injeksi pada sepeda motor, yaitu komponen yang berupa sumber arus listrik.

Komponen kedua yang terdapat pada bagian sistem kontrol elektronik injeksi yaitu Sensor Kontrol Elektronik, dimana sudah dikupas secara sekilas pada topik sebelumnya klik (cek it out), berikut ulasana topik sebelumnya 

Komponen input data merupakan komponen penyedia data yang bekerjanya mirip dengan indera manusia, terdiri dari sensor-sensor gunanya untuk mendeteksi segala kondisi mesin yang dibutuhkan saat proses kerja pembakaran di ruang bakar. Input data tersebut meliputi faktor kecepatan putaran mesin, suhu cairan pendingin mesin atau suhu oli mesin, keadaan udara (oksigen) yang dibutuhkan saat pembakaran atau pun setelah pembakaran kemudian data-data dari faktor tersebut dirubah kedalam sinyal elektrik. Gambar dibawah merupakan letak dan jenis sensor yang ada pada sepeda motor Supra-X 125 PGM-FI

  

Jenis Sensor Kontrol Elektronik Injeksi 

1. Temperatur Sensor

Banyak dari sensor yang mendeteksi perubahan suhu memakai thermistor. Prinsip dasar dari thermistor adalah perubahan nilai tahanan (resistance) jika suhu/temperatur yang mengenai thermistor ini berubah. Thermistor ini merupakan gabungan antara kata thermo (suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan).

Voltase dari listrik yang mengalir melalui thermistor berubah berdasarkan pada suhu yang dideteksi dan voltase yang dihasilkan dipakai sebagai sinyal pengeluaran dari sensor suhu. Tahanan dari thermistor menjadi lebih kecil sewaktu suhu bertambah. Ada dua macam thermistor, yaitu positor atau PTC (Positive Temperatur Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan suhunya naik, sementara sifat NTC justru sebaliknya.

Yang termasuk dalam kategori temperature sensor adalah Engine Oli Temperature (EOT), Engine Coolant Temperature (ECT) dan Intake Air Temperature (IAT)

 
Gambar. Karakteristik Thermistor

Sensor EOT dan ECT berfungsi untuk mendeteksi perubahan suhu mesin, sensor tersebut dipasang tergantung pada metode pendinginan mesin. Sensor ECT dipasang pada mesin dengan pendinginan cairan  (coolant), sedangkan EOT dipasang pada mesin dengan menggunakan pendinginan udara

 

 ECT atau EOT adalah sensor yang mendeteksi perubahan suhu pada mesin dengan mengubahnya ke dalam perubahan pada nilai tehanan thermistor. ECM menerima sinyal elektrik dari sensor tersebut sebagai voltase yang berubah-ubah dan ECM akan menyesuaikan jumlah injeksi bahan bakar dan waktu pengapian berdasarkan temperatur mesin.
 
Sedangkan IAT (Intake Air Temperature) berfungsi untuk mendeteksi suhu pada inlate pipe intake, IAT sensor (sensor temperatur udara pada intake) dipasang untuk membantu mengubah perbandingan udara dan bahan bakar tergantung pada suhu udara pada intake. Bagian yang mendeteksi dari sensor suhu ini, ditempatkan thermistor yang mempunyai volume lebih kecil daripada sensor EOT/ECT, sehingga perubahan suhu yang kecil dapat direspon dengan baik oleh sensor IAT (sangat sensitif)

 
2. Throttle Position Sensor (TP sensor)
TP sensor (sensor posisi throttle) berfungsi untuk mendeteksi sudut bukaan throttle valve. Sensor ini dipasang pada sumbu yang sama dengan throttle valve dan memakai sebuah variabel resistor yang tahanannya berubah berdasarkan pembukaan throttle

 
Oleh karena itu sewaktu arus listrik melewati varabel resistor, voltase berubah berdasarkan seberapa besar sudut throttle valve terbuka seperti ditunjukan pada gambar dibawah, dan voltase yang dihasilkan dipakai sebagai sinyal elektrik yang dikeluarkan dari sensor TP. 

 

Gambar. Grafik perubahan voltase pada sensor TP

3. Manifold Absolute Pressure (MAP) Sensor
MAP sensor berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan pada intake manifold. Manifold Absolute Pressure dipasang untuk mendeteksi jumlah udara yang mengalir ke dalam mesin dengan cara mendeteksi perubahan tekanan pada intake manifold.
 
MAP sensor terdiri dari : peralatan yang mendeteksi tekanan (pressure sensor device) terbuat dari silicon diaphragm, yang mengubah nilai tehanannya sewaktu terkena tekanan, dan sebuah amplifier (alat untuk memperkuat)yang memperbesar perubahan kecil pada voltase.

 
Oleh karena itu sewaktu sewaktu listrik mengalir melewati variabel resistor,voltase berubah berdasarkan pada tekanan yang dideteksi dan voltase yang dihasilkan dipakai sebagai sinyal pengeluaran dari MAP sensor. ECM menerima sinyal pengeluaran dari sensor sebagai voltase yang berubah-ubah.

4. Ignition Pulse Generator (CKP) Sensor
CKP sensor berfungsi mendeteksi putaran mesin dari sudut crankshaft. CKP sensor adalah serangkaian peralatan elektronik yang digunakan pada motor pembakaran dalam untuk memonitor posisi atau kecepatan putar dari crankshaft. Informasi yang didapat akan digunakan oleh ECM untuk mengontrol waktu pengapian dan parameter-parameter lainnya (jumlah injeksi bahan bakar, pengaturan waktu injeksi).

CKP sensor terdiri dari flywheel (rotor) yang mempunyai tonjolan-tonjolan (reluctor) dan sebuah pick up coil (coil dan magnit).
 
Gambar. Sensor CKP
Sewaktu crankshaft berputar, reluctor pada flywheel melewati CKP sensor, maka terjadi flux magnetik dengan mengubahnya menjadi voltase yang dikirim ke ECM

 


Gambar. Proses terjadinyaa voltase pada CKP sensor

5.  Oksigen (O2) Sensor

O2 sensor berfungsi untuk memperbaiki campuran udara dan bahan bakar dengan cara mendeteksi konsentrasi oksigen yang dikandung di dalam gas buang

 
Gambar. Letak dan konstruksi O2 

sensorO2 sensor terdiri dari sebuah peralatan zirconia berbentuk silinder, dan dilapisi dengan emas putih seperti ditunjukkan pada gambar diatas. Sensor ini terpasang pada bagian pembuangan kepala silinder, permukaan luar dari sensor berhubunngan langsung terhadap gas buang dan permukaan dalam berhubungan langsung terhadap udara atmosfer.Perangkat sensor menghasilkan voltase ketika kedua kondisi berikut terpenuhi : Perangkat sensor terkena suhu tinggi (efektif pada 316O C) dan ada perbedaan pada konsentrasi oksigen antara gas buang dan udara atmosfer. Perubahan voltase yang dihasilkan berdasarkan perbedaan konsentrasi oksigen akan dipakai sebagai sinyal elektrik dari O2 sensor. Voltase akan lebih tinggi sewaktu jumlah oksigen di dalam gas buang makin kecil (bahan bakar lebih kaya atau perbandingan udara dan bahan bakar lebih kecil).

 
Pada gambar diatas menunjukkan perubahan voltase dalam kaitannya dengan perbandingan udara dan bahan bakar. Zirconia menghasilkan gaya elektromotif (electromotive force) dengan adanya perbedaan konsentrasi oksigen antara gas buang dan atmosfer jika suhu lebih tinggi dari nilai tertentu. O2 sensor mendeteksi perubahan pada konsentrasi oksigen di dalam gas buang, menghasilkan voltase yang akan diterima oleh ECM.

 
6.  Bank Angle Sensor (BAS)
BAS berfungsi memerintahkan ECM untuk menghentikan aktivasi suplai bahan bakar oleh injektor saat sepeda motor berada pada posisi diam (berhenti) dengan kemiringan tertentu.

 
Cara kerja BAS adalah hubungan posisi pendulum dengan IC & Iatch-up cirkuit, jika bidang pendulum (yang tidak ada coakan) menutupi IC & Iatch-up cirkuit seperti terlihat pada gambar dibawah

 
Pada waktu tertentu akan mengirim sinyal elektrik ke ECM untuk memutus aliran listrik pada injektor, ignition coil dan fuel pump sehinga tidak bekerja. Hal ini terjadi hanya pada saat sepeda motor dalam keadaan diam dengan kemiringan 55O ± 5O

 
 
Gambar. Skema Kerja  BAS

Jika akan menghidupkan sepeda motor setelah fungsi BAS bekerja, letakkan sepeda motor pada posisi tegak kemudian putar kunci kontak posisi off terlebih dahulu, setelah itu putar kunci kontak ON baru sepeda motor dapat dihidupkan kembali.
BAS pada saat kendaraan berjalan dalam keadaan membelok tidak akan mendeteksi perubahan posisi pada bandul, maka ECM tidak akan menghentikan mesin (beroperasi dalam keadaan normal).
Pada gambar dibawah memperlihatkan sepeda motor berjalan dalam keadaan menikung. Dengan adanya gaya sentrifugal yang bekerja pada BAS, maka bandul ditarik menuju kearah dari gaya resultante yang dihasilkan antara gaya sentrifugal dan gaya grafitasi.
Dengan kata lain oleh karena bandul juga mengikuti gerak dan kemiringan sepeda motor, maka hubungan posisi antara bandul dengan IC & Iatch-up cirkuit tidak terjadi perubahan posisi bandul

 
Gambar. Posisi BAS saat kendaraan berjalan menikung



Demikian tadi ulasan dari salah satu komponen bagian kontrol elektronik injeksi terkait sensor-sensor untuk mendeteksi segala kondisi yang terjadi pada mesin, dan tentunya masi ada 3 komponen lagi, yang merupakan bagian dari komponen kontrol elektronik injeksi sepeda motor.. 
Soo tetap pentengin artikel blog ini...


Komponen Sistem Kontrol Elektronik Injeksi

 by @chsan M

  Salam satu hati bro n sis, sobat n kerabat semua. Semangat berkarya buat cerdaskan bangsa..

Kesempatan kali ini akan mengupas topik mengenai teknologi yang ada pada sepeda motor injeksi yaitu satu teknologi yang saat ini sudah menjadi pilihan terbaik bagi produsen sepeda motor tentunya dalam memberikan solusi buat mendukung kampanye hemat energi dan minim polusi bagi penggunaaan motor bakar sebagai sarana transpostasi sehari hari.

Sejauh mana komponen utama teknologi injeksi adalah langkah awal dan bekal yang harus dipahami sebelum nantinya memahami lebih dalam terkait teknis perawatan dan perbaikan teknologi injeksi sepeda motor tersbut.

Pada dasarnya teknologi injeksi sudah mengalami banyak perubahan hingga yang terakhir menjadi banyak pilihan semua produsen sepeda motor adalah teknologi jenis EMS (Engine Management System) sebagai pilihan terbaik. 

Sistem kontrol elektronik injeksi jenis EMS (Engine Management System) atau lebih dikenal dengan sistem EFI (Electronic Fuel Injection) merupakan sistem kontrol elektronik yang berkembang dan banyak digunakan pada kendaraan sepeda motor. Sehingga sistem kontrol elektronik injeksi jenis inilah yang akan dibahas secara mendetail pada bab ini yang meliputi diagram rangkaian elektronik, komponen dan cara kerja sensor-sensor yang ada pada sistem ini.

Adapun komponen atau bagian pada sistem elektronik injeksi EFI diklasifikasikan menjadi : sumber arus listrik, sensor-sensor kontrol elektronik, Engine Control Modul (ECM) dan aktuator

a. Sumber arus listrik

Pada komponen pengatur arus listrik terdiri dari : pertama sumber arus listrik DC atau searah yang merupakan sumber utama arus listrik pada sistem kontrol elektronik, kedua sumber arus listrik AC atau bolak balik dan ketiga adalah penyearah arus listrik AC menjadi DC. Pada gambar dibawah dapat kita lihat wiring diagram dari sistem kontrol elektronik yang menggunakan ECM (Engine Control Module), dimana jalur utama yang menghubungkan sensor-sensor injeksi, ECM, dan sistem bahan bakar serta sistem pengapian kesemuanya terhubung dengan pengatur arus listrik.

 

1. Baterai

 Merupakan komponen utama penyedia arus listrik DC, pada sistem kontrol injeksi keberadaan baterai sangatlah utama sebagai penyedia arus saat kendaraan mulai dihidupkan. Semua sistem kontrol elektronik baik ECM, pompa bahan bakar, sensor-sensor injeksi dan sistem pengapian menggunakan arus listrik baterai untuk pertama kali bekerja. Gambar dibawah menunjukan aliran arus listrik pada rangkaian sistem kontrol elektronik pada saat mesin belum dihidupkan. Pada saat kunci kontak ON, arus baterai mengalir ke regulator – kunci kontak kemudian memberikan suplai arus listrik ke sistem kontrol elektronik (ECM) , sistem pengapian (Ignition Coil) dan sistem injeksi bahan bakar ( Injektor dan Fuel pump). Mesin dengan kondisi baterai yang bagus, maka akan mudah untuk dinyalakan. 

 
 

2. Alternator

 Alternator berfungsi sebagai penyedia arus listrik yang memberikan suplai arus pada semua komponen sistem kontrol elektronik injeksi. Arus yang keluar dari alternator merupakan arus AC dan untuk bisa digunakan pada sistem harus dirubah menjadi arus DC. Pada sebagian kendaraan sepeda motor dengan sistem injeksi bahan bakar sumber arus listrik dapat diperoleh dari alternator, dimana arus listriknya sudah disearahkan terlebih dahulu sehingga dapat menyuplai semua kebutuhan arus DC ke semua sistem kontrol elektronik. Pada saat mesin mulai dinyalakan dengan kondisi baterai yang tegangannya tidak bagus mesin masih bisa menyala, seperti terlihat pada gambar dibawah ini merupakan aliran arus listrik pada rangkaian saat menyalakan mesin dan kondisi baterai tidak ada tegangan

 

 

Pada saat mesin dinyalakan dan kunci kontak posisi ON, maka sumber arus utama berasal dari alternator kemudian menuju regulator untuk diubah arusnya menjadi arus DC.

Setelah melewati regulator kemudian arus mengalir melewati kunci kontak selanjutnya diteruskan ke semua sistem kontrol elektronik injeksi. Namun kondisi seperti ini tidak disarankan karena bisa menyebabkan kerusakan pada ECM dan sensor injeksi


3. Regulator

 Regulator pada sistem kontrol elektronik injeksi mempunyai fungsi yang sama dengan regulator pada sistem konvensional, yaitu berfungsi untuk menyerahkan (rectifier) arus listrik AC dari alternator menjadi arus listrik DC yang digunakan untuk proses pengisian baterai, arus DC tersebut digunakan juga sebagai pasokan arus listrik pada sistem kontrol elektronik injeksi pada saat mesin menyala. Kondisi ini terjadi dalam keadaan mesin menyala dan baterai dalam keadaan bagus, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah

 

  

 

Regulator juga berfungsi untuk menstabilkan atau mengatur kelebihan
arus listrik yang mengalir ke sistem pada saat mesin menyala tetapi
tidak ada tegangan baterai seperti terlihat pada gambar dibawah, oleh karenanya kelebihan arus dan tegangan pada komponen dan sensor sistem kontrol elektronik injeksi tidak terjadi sehingga terhindar dari kerusakan. Kelebihan arus dari alternator akan diarahkan menuju ke massa/ground oleh rangkaian di dalam regulator. 

   

b. Sensor sensor kontrol elektronik injeksi

Komponen input data merupakan komponen penyedia data yang bekerjanya mirip dengan indera manusia, terdiri dari sensor-sensor gunanya untuk mendeteksi segala kondisi mesin yang dibutuhkan saat proses kerja pembakaran di ruang bakar. Input data tersebut meliputi faktor kecepatan putaran mesin, suhu cairan pendingin mesin atau suhu oli mesin, keadaan udara (oksigen) yang dibutuhkan saat pembakaran atau pun setelah pembakaran kemudian data-data dari faktor tersebut dirubah kedalam sinyal elektrik. Gambar dibawah merupakan letak dan jenis sensor yang ada pada sepeda motor Supra-X 125 PGM-FI.

 


next topik... 






Selasa, 02 Mei 2023

Menentukan Jenis Sistem Pengapian Sepeda Motor

by @chsan M 

Halo bro and sis, sobat dan kerabat semua, salam satu hati bersinergi membangun negeri dan berkemajuan dalam setiap perubahan. 

Jumpa lagi dengan artikel simpel dan praktis kita biar bisa melihat masalah yang nampak sulit menjadi hal yang bukan lagi menjadi problematik. Just staytune with me keep follow where ever you go, selalu suport blog ini 👌.

Sesuai topik kita diatas kesempatan kali ini akan mengupas bagaimana kita menentukan jenis pengapian yang digunakan pada sepeda motor. Ada dua jenis sistem pengapian yang digunakan  pada sepeda motor mulai dari awal digunakan teknologi pengapian pada mesin dengan proses pembakaran dalam berbahan bakar bensin ini, hingga muncul berbagai model dan bentuk sepeda motor yang semakin mengikuti perkembangan jaman. Jenis sistem pengapian tersebut adalah : konvensional (platina), dan elektronik, dimana penggunakan sistem pengapian elektronik dalam perkembangan teknologi yang begitu cepat muncul jenis elektronik semi transistor (CDI/ICM) kemudian muncul elektronik full transistor (ECM). cek artikel sebelumnya mengenai sistem pengapian elektronik.

Baik sistem pengapian konvensional (platina) yang sekarang tidak digunakan lagi pada sepeda motor ataupun sistem pengapian elektronik keduanya dibedakan menjadi dua, yaitu AC dan DC artinya jenis arus yang digunakan menggunakan arus bolak-balik dan arus searah. Nah bagaimana kalian mengetahui bahwa sepeda motor tersebut menggunakan jenis arus AC atau DC, konvensional ataukah elektronik, CDI atau ECM, ciri-cirinya bagaimana, semua itu merupakan topik yang akan dikupas pada kesempatan kali ini. Namun yang menjadi batasan pembahasan adalah jenis pengapian konvensional, tidak akan kita bahas mengingat teknologi sistem pengapian ini sudah dibilang tutup buku alias menjadi album kenangan karena sudah tidak digunakan lagi.

Apabila menemukan sepeda motor mempunyai kerusakan atau gangguan pada sistem pengapian, bisa kita analisa terlebih dahulu dengan melihat flow chart dibawah

 

  

 Bagaimana perbedaan sepeda motor yang menggunakan sistem pengapian elektronik AC dan DC, pertanyaan tersebut merupakan hal yang prinsipil untuk diketahui apalagi bagi seorang mekanik ataupun calon mekanik karena  


1. Bahwa sistem pengapian merupakan satu sistem yang harus ada pada sistem kelistrikan sepeda motor, mengingat sebagai syarat sebuah engine harus hidup membutuhkan api, bahan bakar dan kompresi. Nah timbulnya api disebabkan adanya percikan pada busi melalui rangkaian sistem pengapian.

2. Adanya sistem pengapian merupakan langkah untuk mendiagnose gangguan yang terdapat pada sepeda motor. Misalkan sepeda mortor brebet atau suara mesin kasar, pastinya esin harus hidup dulu supaya mudah menemukan gejala kerusakan tersebut, 

Berikut adalah cara mengidentifikasi jenis sistem pengapian :

1. Melihat kunci kontak

Kunci kontak merupakan satu komponen yang ada pada sepeda motor khususnya pada sistem pengapian, orang awam melihat kunci kontak ya untuk menyalakan motor. Nah kalian wajib tahu bahwa kunci kontak itu pada prinsipnya untuk memutus dan menghubungkan arus listrik, salah satunya arus listrik untuk menyuplai arus pengapian. Perbedaan sistem pengapian AC atau DC bisa dilihat pada kunci kontak yang digunakan, kunci kontak pada pengapian AC mempunyai 4 kabel (2 pasang kabel), kedua pasang tersebut berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus listrik untuk pengapian (1pasang) dan arus listrik untuk asesoris sepeda motor (klakson, sein, lampu stop dan instrumen lain). Sedangkan pengapian DC hanya terdapat 2 buah kabel (sepasang kabel), sepasang kabel tersebut berfungsi untuk melayani semua kebutuha arus listrik pada sepeda motor.


Kunci Kontak AC

Gambar disamping adalah konstruksi kunci kontak AC, jika sepeda motor kalian menggunakan kunci kontak tersebut maka dipastikan sistem pengapiannya AC. Jika suatu saat sepeda motor kalian mengalami kejadian kunci kontaknya hilang atau lupa dan selama sepeda motor tidak di LOCK kemudinya maka kalian bisa menghidupkan sepeda motornya hanya dengan mencabut soket kunci kontaknya, namun semua instrumenya tidak nyala.


 
Kunci kontak DC 

Gambar disamping merupakan konstruksi dari kunci kontak DC, hanya terdapat sepasang kabel, naah jika sepeda motor kalian mengunakan kunci kontak model ginian dipastikan menggunakan jenis pengapian DC. Bagaimana menyalakan sepeda motor jika kunci kontak tidak ada, ndak perlu risau, hanya dengan melepas kedua kabel yang terdapat pada kunci kontak, kemudian tinggal menghubungkan kedua kabel yang menuju ke kunci kontak tersebut.

2. Melihat kabel spull (alternator)

Kunci kontak merupakan satu komponen yang ada pada sepeda motor, tanpa kunci kontak sepeda motor masih dapat dihidupkan seperti penjelasan diatas, apalagi sepeda motor untuk muatan yang jarang menggunakan kunci kontak, nah bagaimana membedakan sepeda motor tersebut menggunakan jenis pengapian AC atau DC, bisa mengecek kabel yang keluar pada spul (alternator)

 

Untuk warna kabel tiap merk kendaraan memang berbeda, yang terpenting adalah pada jenis pengapian AC biasanya terdapat 4 kabel yang keluar dari blok magnit.
Berbeda dengan jenis pengapian DC, kabel yang keluar dari spull jumlah ada 3 dan bisa dilihat pada gambar dibawah.

 

 
Bagaimana semakin Jelas Kaan.... 😊
3. Melihat Buku Manual
Hal terakhir yang bisa dilakukan untuk mengetahui jenis pengapian yang digunakan pada sepeda motor yaitu dengan melihat manual book atau buku manual pedoman reparasi. Didalam buku manual secara detail diinformasikan terkait spesifikasi sepeda motor mulai dari engine hingga kelistrikan. Tentunya modal buku pedoman reparasi yang harus disiapkan

   

Seperti ditunjukkan gambar halaman buku manual diatas, pada halaman tersebut diinfokan satu unit sepeda motor menggunakan jenis pengapian CDI, apakah DC atau AC, lakukan cara seperti paparan diatas
Perbedaan penggunaan CDI pada pengapian elektronik semi transistor  atau ECM pada jenis full transistor bisa dilihat dari jumlah pin yg ada pada kedua pemicu pengapian kedua jenis tersebut, 
CDI biasanya menggunakan 5 hingga 6 pin atau label, sedangkan ECM yang digunakan pada sepeda motor injeksi mempunyai 33 pin pada soketnya.. 

Nah silakan bisa dipraktikan sendiri pada sepeda motor kalian,