PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
SEPEDA MOTOR
Perkembangan
teknologi pada sistem kelistrikan sepeda motor terlebih dalam upaya
meningkatkan kestabilan arus dan tegangan listrik, hampir semua industri yang
bergerak pada bidang otomotif sepeda motor sebagai upaya menjaga kualitas
produknya, mereka melakukan terobosan perubahan dengan mengembangkan teknologi
terutama pada sistem pengapian. Digunakannya sistem pengapian konvensional pada
perjalanan teknologi tersebut terdapat kelemahan dan kekurangan dalam hal memenuhi
prinisp kerja sistem pengapian yaitu terjadinya induksi elektromagnetik
sehingga akan memicu api pada busi.
Timbulnya api pada busi tersebut akan digunakan sebagai sumber panas untuk
proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar.
Terdapat 3
komponen utama dalam memenuhi prisnip kerja sistem pengapian, yaitu : 1. Sumber
induksi tegangan tinggi, komponen ini berfungsi sebagai sumber timbulnya
tegangan listrik baik berupa tegangan AC (bolak-balik) atau pun tegangan DC
(searah), 2. Pemicu induksi tegangan tinggi, dimana komponen ini berfungsi sebagai
triger atau pemicu yang mempunyai peran mengatur saat/timing pengapian terjadi,
selain itu juga berperan meningkatkan tegangan listrik yang ditimbulkan dari
sumber tegangan sehingga bisa memicu induksi tegangan tinggi, 3. Penginduksi
tegangan tinggi, komponen yang ketiga ini mempunyai fungsi untuk menaikkan
tegangan listrik yang rendah sekitar (400 V) menjadi tegangan tinggi (20 – 25 kV)
kemudian digunakan sebagai sumber panas pembakaran dalam ruang bakar. Dari
ketiga komponen utama sistem pengapian tersebut perkembangan teknologi lebih
banyak terjadi pada komponen pemicu induksi tegangan tinggi, dimana pada sistem
pengapian konvensional menggunakan platina dan kondensor untuk mengatur kapan
waktu timing pengapian yang juga berfungsi untuk memicu induksi tegangan tinggi
pada koil (penginduksi tegangan).
Kelemahan
penggunaan platina dan kondensor pada sistem pengapian konvensional antara lain
tidak stabilnya tegangan listrik yang akan mempengaruhi timbulnya api pada busi
selain itu timing pengapian bisa berubah
sehingga proses pembakaran bahan bakar dan udara menjadi tidak sempurna, akibatnya kinerja
mesin menjadi tidak maksimal. Permasalahan tersebut disebabkan oleh platina
yang mudah kotor atau aus selama proses kerja sistem pengapian berlangsung
sehingga pada sistem pengapian konvensional membutuhkan perawatan yang lebih
ekstra.
Sistem
pengapian elektronik pada dasarnya merupakan pengembangan dari salah satu bagian
komponen pada sistem pengapian yaitu yang terdapat pada komponen pemicu
tegangan induksi elektromagnetik, komponen pemicu tegangan induksi
elektromagnetik tersebut meggunakan serangkaian komponen elektronik sebagai
pengganti platina untuk mengatur timing atau waktu pengapian yang tepat ±5 – 10O sebelum TMA dan memicu timbulnya induksi tegangan tinggi pada
koil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for supporting this blog